Selasa, 05 November 2024

Music Taste

MUSIK telah menjadi bagian yang tidak dapat kita pisahkan dari kehidupan manusia. Setiap orang akan menikmati musik berdasarkan preferensi pribadi mereka. Biasanya selera musik ini akan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, hobi, jenis kelamin, profesi, dan generasi.

Seperti halnya gaya hidup, tren musik sangat melekat di kalangan generasi Z (Gen Z) saat ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa generasi muda dari masa ke masa merupakan pasar terbesar yang dibidik oleh industri musik.

Preferensi musik generasi muda yang terus berubah mencerminkan dinamika budaya dan teknologi yang berkembang. Sebagaimana diketahui, Gen Z adalah individu yang lahir antara pertengahan 1990-an (1997) hingga awal 2010-an (2012), memiliki preferensi musik yang unik dan beragam, serta didorong oleh akses mudah ke berbagai platform streaming, dan media sosial yang ada.

Berbagai genre musik berkembang di masyarakat Indonesia. Dikutip dalam sebuah laporan hasil survei terbaru dari Jakpat tentang tren konser musik di tahun 2023, ditemukan bahwa 8 dari 10 responden menyukai musik Pop, yang artinya dengan nilai persentase mencapai 78% responden menganggap musik Pop sebagai genre musik paling populer saat ini. Lain halnya dengan genre Dangdut berada di posisi kedua dengan nilai 38%, diikuti oleh K-Pop dan Religi dengan masing-masing 35% dan 32%. Genre lainnya seperti Jazz, R&B dan HipHop, Rock, serta Klasik mendapatkan 29% responden.

Dari hasil survei tersebut, Jakpat menyimpulkan bahwa status sosial dan ekonomi ikut mempengaruhi preferensi musik masyarakat Indonesia. Misalnya, musik Dangdut yang lebih disukai oleh masyarakat menengah ke bawah, sementara K-Pop serta R&B dan HipHop lebih disukai oleh kelas menengah ke atas.

Selain itu, menurut Jakpat, yang menjadi pertimbangan utama dan turut mempengaruhi kegemaran musik masyarakat Indonesia secara umum adalah terkait harga tiket dan musisi yang tampil pada sebuah konser misalnya. Secara tidak langsung, ini akan menentukan bagaimana preferensi genre musik yang akan mereka tonton dan dengarkan.

Lantas, Gen Z pilih musik dengan genre seperti apa?

Salah satu tren yang menonjol di kalangan Gen Z adalah kecenderungan mereka untuk mengeksplorasi genre musik yang berani dan eksperimental. Musik pop hingga kini masih menjadi genre musik terpopuler di kalangan Gen Z. Sebagaimana dikutip dari hasil survei  IDN Research Institute di tahun 2023, Pop masih menjadi genre kesukaan Gen Z di tahun 2023, dengan preferensi sebesar 59%.

Dengan demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa genre musik K-Pop semakin melebarkan sayapnya di Indonesia, sehingga berdasarkan survei tersebut K-Pop menjadi genre musik yang duduk di urutan kedua dengan perolehan 14%. 

Terlepas dari musik pop yang mendominasi di kalangan Gen Z, preferensi musik genre lainnya juga turut andil menjadi genre kesukaan Gen Z saat ini. Biasanya genre musik ini disukai oleh kalangan Gen Z juga dipengaruhi oleh figur yang membawakan lagu tersebut. Untuk musisi internasional sendiri, favorit Gen Z adalah Ariana Grande, Dua Lipa, Billie Ellish, Shawn Mendes, dan Sam Smith.

Untuk artis K-Pop, NCT127, AESPA, LESSERAFIM, AKMU, dan Kang Daniel menjadi top pilihan. Hip-hop dan rap juga mendominasi preferensi musik Gen Z, dengan artis seperti Travis Scott, Drake, dan Cardi B yang terus memikat hati mereka. Genre ini tidak hanya disukai karena irama dan beat yang catchy, tetapi juga karena lirik yang sering menggambarkan isu-isu sosial dan kehidupan sehari-hari yang relevan bagi mereka. Subgenre seperti lo-fi hip-hop bahkan menjadi soundtrack sehari-hari bagi banyak anak muda saat mereka belajar atau bersantai.

Selain genre mainstream, minat pada musik indie dan alternatif meningkat. Gen Z sangat mengapresiasi artis-artis yang menawarkan sesuatu yang berbeda dan orisinal, seperti Tame Impala, Arctic Monkeys, dan Mitski, yang mendapatkan tempat istimewa di hati mereka karena kreativitas dan ekspresi diri yang lebih besar.

K-Pop juga memiliki pengaruh besar di seluruh dunia. Boyband dan girlband seperti BTS, BLACKPINK, dan EXO telah mencuri perhatian Gen Z dengan penampilan memukau, koreografi sempurna, dan lagu-lagu catchy. Fenomena K-Pop menunjukkan bagaimana globalisasi dan internet mengubah cara musik dikonsumsi dan dinikmati.

Preferensi musik Gen Z sangat dipengaruhi oleh media sosial dan tren viral. TikTok, misalnya, menjadi platform berpengaruh dalam menentukan lagu-lagu hits. Lagu-lagu yang viral di TikTok sering kali menduduki puncak tangga lagu, menunjukkan betapa besar pengaruh platform ini terhadap selera musik Gen Z.

Secara keseluruhan, preferensi musik Gen Z mencerminkan keragaman, keterbukaan, dan keinginan untuk bereksplorasi. Mereka tidak takut mencoba hal baru dan menikmati berbagai genre yang mungkin tidak terpikirkan oleh generasi sebelumnya. Tren ini memperkaya lanskap musik global dan menunjukkan bahwa musik tetap menjadi bagian integral dari identitas dan ekspresi diri generasi muda.

Setiap orang punya selera musik yang berbeda-beda. Anda mungkin lebih suka lagu jazz, sedangkan teman Anda penggemar genre rock. Jangankan dalam lingkup pertemanan, selera musik Anda dengan saudara kandung bisa jadi berbeda. 



Mengapa selera musik orang bisa berbeda?


Selera musik berbeda-beda karena setiap orang memiliki preferensi alias kesukaan 

yang berbeda.

 Pada dasarnya, karakter setiap orang itu unik terhadap satu sama lain. Keunikan 

inilah yang membentuk preferensi masing-masing. 

Secara lebih jelas, berikut beberapa faktor yang memengaruhi selera musik 

seseorang.


1. Kepribadian seseorang

Kepribadian adalah pola unik yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, 

dan perilaku seseorang.

Studi terbitan Association for Psychological Science (2018) menemukan 

bahwa

 kesukaan musik bisa menggambarkan kepribadian seseorang.

Penelitian ini dilakukan dengan melihat hal yang disukai aktivitas mendengar 

musik di Facebook. 

Di dalam studi ini, peneliti memaparkan bahwa orang-orang yang lebih terbuka 

terhadap hal-hal baru cenderung menikmati musik yang terdengar rumit, 

seperti musik klasik, opera, dan jazz

Orang-orang yang ekstrover atau suka bergaul lebih suka musik yang 

terdengar “bersahaja”, seperti musik akustik menenangkan ber-genre country 

atau folk.

Orang yang mudah setuju dengan orang lain cenderung menyukai musik 

biasa tanpa condong ke satu genre musik tertentu.


2. Suasana hati

Kondisi suasana hati (mood) menentukan apakah Anda menyukai suatu lagu atau tidak.
Mood juga menentukan respons terhadap musik yang didengarkan.

Jika sedang senang dan kebetulan mendengarkan lagu yang sesuai dengan suasana 

hati, kemungkinan besar Anda menyukai lagu tersebut di kemudian hari.

Beberapa orang juga menyukai lagu tertentu karena menimbulkan perasaan nostalgia, 

yaitu suasana hati positif yang muncul ketika mengingat masa lalu.

Namun, depresi atau rasa sedih berkepanjangan bisa membuat seseorang sulit 

menikmati musik. 

Sebuah studi terbitan Psychology of Music (2018) menjelaskan bahwa depresi 

bisa mengaburkan ingatan. Akibatnya, orang yang depresi sulit mengingat 

hal yang 

membuatnya menyukai suatu lagu.


3. Lingkungan sekitar

Lingkungan juga menentukan selera musik seseorang. Orang-orang lebih 

cenderung menyukai musik yang sering diputar di lingkungan pertemanan atau 

tempat tinggalnya. 

Seseorang bahkan lebih merasa terkoneksi dengan lingkungan sekitarnya 

saat mendengarkan musik yang sering didengarkan oleh teman, keluarga, atau 

kelompok

 budaya dan etnisnya. 

Untuk menguji faktor pembeda selera musik, sebuah studi terbitan 

Nature (2016) mengamati menguji suku di Amazon yang terisolasi dan 

cenderung tidak 

mendapatkan pengaruh musik pop internasional.

Peneliti awalnya menduga bahwa otak manusia cenderung menyukai lagu 

dengan kunci

C dan G yang sering digunakan pada lagu pop. 

Ternyata, orang di suku Amazon ini selain menyukai musik pop juga 

menyukai musik tradisional mereka yang menggunakan kunci C dan F#.


4. Produktivitas

Ada beberapa orang yang menyukai mendengarkan lagu untuk belajar 

dan menemani menyelesaikan pekerjaannya. 

Ternyata, bila lagu itu membantu merampungkan tugas-tugas, ada 

kecenderungan Anda semakin menyukai lagu tersebut.

Jika genre musik yang Anda pilih bisa meningkatkan produktivitas, Anda 

akan semakin tertarik dengan genre tersebut.

Jadi, Anda akan memutarnya kembali saat ingin menyelesaikan pekerjaan 

lainnya di kemudian hari.


5. Selera musik orang tua

Selera musik biasanya terbentuk saat remaja yang merupakan masa 

pencarian mencari 

jati diri dan pembentukan kepribadian. Sebenarnya, kesukaan musik Anda 

bisa berubah seiring berubahnya kepribadian. 

Namun, selera musik Anda saat ini nyatanya tidak murni berasal dari 

preferensi pribadi. 

Studi terbitan Music & Science (2020) menunjukkan bahwa seseorang 

cenderung 

menyukai musik yang didengar pada usia 10 – 30 tahun, dan seleranya 

terbentuk pada 

usia 14 tahun. 

Pada masa itu, orang sering mendengar musik kesukaan orang tuanya, 

sehingga selera musik orang tua seperti “diwariskan” pada anaknya. 

Itulah mengapa, Anda cenderung memiliki selera musik yang cukup mirip 

dengan orang tua. 


6. Citra diri

Selera musik juga dipengaruhi oleh citra diri atau bagaimana seseorang ingin 

dikenal oleh orang lain. 

Pemilihan musik kesukaan bisa digunakan untuk mencerminkan dan memperkuat 

karakter yang ingin ditonjolkan.

Sebagai contoh, orang yang menganggap dirinya menyukai olahraga cenderung 

menyukai musik yang bersemangat. 

Jadi, musik merupakan salah satu sarana untuk mengekspresikan atau 

menunjukkan karakter diri Anda yang lebih dalam.


Selera musik tinggi vs rendah, apa artinya?

Banyak orang bilang kalau Anda suka musik jazz atau klasik, itu artinya selera 

musik Anda tinggi. 

Sebaliknya, kalau Anda suka lagu dangdut berarti selera Anda rendah. Benarkah

 demikian?

Riset terbitan Social Psychological and Personality Science (2016) menggambarkan 

musik jazz dan klasik sebagai musik dengan kedalaman yang tinggi. 

Artinya, musik jazz dan klasik memiliki komposisi yang lebih rumit 

sehingga lebih merangsang proses berpikir otak. Karena itulah musik 

jazz dan klasik dianggap lebih berkelas. 

Sementara itu, musik dangdut sering diremehkan karena nadanya lebih 

sederhana dan mudah didengarkan oleh semua kalangan.

Selera musik bisa berbeda-beda karena setiap orang memiliki karakter dan 

pengalaman yang beragam. 

Ada banyak faktor yang bisa membuat Anda menyukai suatu lagu, seperti 

lingkungan sekitar, suasana hati, hingga kepribadian.

Apa pun jenis musik yang Anda suka, nikmatilah alunan nadanya dan buat 

suasana hati Anda menjadi lebih baik.


Sumber : 

  • https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/penyebab-selera-musik-berbeda/
  • https://bacayuk.id/content/read/tren-musik-zaman-now-gen-z-pilih-genre-apa