Selera Musik Dalam Kehidupan Sosial
Siapa di sini yang tidak suka musik? Pastinya semua kalangan suka terhadap musik . Jika kita ketahui banyak sekali genre music di dunia ini dan selalu berinovasi dalam perkembangan zaman. Dulu terdapat genre musik blues, rock n roll, grunge dan lain-lain, namun seiring berkembangnya zaman sekarang bermunculan genre-genre baru seperti pop, edm, dan lain-lain. Setiap individu di dunia ini pastinya memiliki selera music yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi status sosial individu itu sendiri. Seperti dikutip dari Suara.com, "Selera musik tidak berhubungan dengan kelas sosial. Tetapi kelas sosial menentukan apa yang disukai dan tidak disukai oleh manusia," ujar Gerry Veenstra, ilmuwan dari University of British Columbia, Kanada, yang memimpin penelitian itu. Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang miskin dan kurang terpelajar lebih menyukai jenis musik country,
easy listening, lagu lawas, heavy metal, dan rap. Sementara kelompok yang lebih kaya dan berpendidikan tinggi cenderung menyukai musik klasik, jazz, opera, reggae, rok, dan musik teater. Tentunya dengan adanya status sosial dapat juga mempengaruhi interaksi sosial individu itu sendiri.
Dari pemahaman dan data diatas dapat kita ketahui jika orang suka dengan music jazz akan memiliki interaksi yang berbeda dengan orang yang suka dengan music heavy metal dibandingkan dengan sesama orang yang suka music jazz. Music tentunya juga mempengaruhi gaya hidup seseorang seperti orang yang suka music jazz akan mempedulikan penampilanya dalam berpakaian akan terkesan rapi dan memiliki public speaking yang bagus yang tentunya berpengaruh dalam interaksi sosial dibandingkan dengan orang yang suka heavy metal yang cenderung tampil apa adanya dan kurang mempedulikan gaya bahasa sehingga juga mempengaruhi dalam interaksi sosial.
Jika kita telisik lebih dalam memang music sudah mengubah culture dalam bersosial setiap berkembangnya zaman. Seperti pada era 80’ sampai 90’an banyak individu bahkan kelompok mengikuti style bahkan gaya hidup idolanya yang notabenya hanya ditampilkan diatas panggung maupun dalam media lainya, padahal tidak semua band atau musisi itu sendiri dalam berinteraksi sosial seperti yang mereka tampilkan dalam pertunjukan music yang mereka tampilkan. Seperti music heavy metal yang selalu tampil urakan atau pada zaman itu sering disebut gaya hidup rock n roll yang cenderung urakan tadi. Hal tersebut menimbulkan stereotype bagi orang berstatus kalangan atas memandang rendah individu maupun kelompok kalangan bawah yang suka music heavy metal yang mewakilkan hidupnya saat itu sehingga sangat mempengaruhi interaksi saat itu.
Pada awal 90’sampai 2000an muncul music pop punk dan pop rock yang saat itu berinteraksi ke audiencenya melalui lirik-lirik yang kritis kepada pemerintah. Pada saat itu bermunculan kelompok-kelompok yang suka terhadap music tersebut dipandang mengerti politik dan sangat vocal dalam mengkritik pemerintah dan juga gaya hidup kalangan atas. Dari kalangan atas saat itu sendiri lebih menggemari music disco yang terkesan glamor dan begaya hidup mewah karena hanya dapat dinikmati di klub-klub yang menyajikan music tersebut yang pada era tersebut notabennya mahal untuk masuk klub tersebut. Sehingga interaksi orang yang suka music pop punk denganorang yang suka music disco berinteraksi hanya sebatas cemoohan yang dikarenakan pandangan hidup yang berbeda.
Pada saat ini juga muncul kelompok yang suka music yang banyak orang melabeli genre music tersebut music indie. Padahal indie sendiri berasal dari kata individu yang berarti tidak menggunakan label music untuk media dalam mempromosikan album maupun lagu mereka untuk dikonsumsi khalayak. Orang-orang melabeli hal tersebut karena banyak musisi yang mempunyai lagu puitis tidak dinaungi label. Dengan adanya perbedaan selera music itu kemompok yang suka music dari label suka menngolok-olok kelompok yang suka music indie karena menurut mereka lagu-lagu dalam music indie cenderung terlalu puitis dan susah dicerna karena mereka suka music yang easy listening. Dari pernyataan diatas juga dapat mempengaruhi interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari seperti contohnya ketika sedang nongkrong bareng akan menimbulkan perdebatan jika salah satu individu mempunyai selera music yang berbeda.
Dari semua pernyataan diatas dapat kita ketahui bahwa orang yang memiki selera yang berbeda dalam hal music akan memiliki interaksi yang berbeda dengan orang yang memiliki selera music sama. Karena music setiap berganti tahun akan mempengaruhi gaya hidup maupun pop culture pada era tersebut yang tentunya juga dapat mempengaruhi interaksi sosial antar individu maupun kelompok itu sendiri. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa jika kita memiliki selera music yang berbeda kita tidak harus juga membeda-bedakan dalam besosial karena hal tersebut cuma gaya hidup yang akan berganti setiap muncul inovasi-inovasi dalam setiap eranya.
Sumber : https://kumparan.com/arsyadiraf/selera-musik-dalam-kehidupan-sosial-1usJyomgPWy
0 komentar:
Posting Komentar